Ada tiga perkara yang dzahirnya apabila dinalar secara akal bertentangan dengan hakikatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba yang memaafkan kecuali keperkasaan, dan tidaklah seseorang merendah karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya.” (HR Muslim no 2588)
Dalam pikiran akal manusia sedekah itu mengurangi harta, memaafkan itu menunjukan kalah atau lemahnya seseorang, dan merendahkan diri itu menunjukan rendahnya seseorang, akan tetapi jika dikerjakan karena Allah dan penuh keimanan maka akan mendatangkan sebaliknya.
Justru : sedekah menambah harta seseorang, memaafkan menambah harga dirinya, dan tawadhu’ akan meninggikan derajatnya.
Syaitan dan hawa nafsu selalu menggoda seraya berkata, “Janganlah kau bersedekah…akan habis hartamu…!!!, janganlah kau memaafkan saudaramu karena orang-orang akan menyangka engkau lemah dan kalah, janganlah engkau tawadhu’ dihadapan manusia, karena mereka akan menyangka bahwa derajatmu rendah.”
Disinilah keimanan kita teruji, bagaimana hal yang kita nalar secara akal, hasilnya berbeda dengan sabda Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam.
Fungsikan akal kita untuk meyakini semua yang datang dari Allah dan RasulNya maka kita akan memiliki keyakinan yang sempurna dalam kehidupan.
Karena sesungguhnya anugerah terindah yang dimiliki oleh seorang hamba adalah keselamatan dan keyakinan.
0 Response to "KETIKA AKAL DIUJI"
Posting Komentar